Perusahaan Asing Prediksi Nasib Pinjaman Korporasi di Era Prabowo Gibran


Jakarta, CNBC Indonesia – Pasca pelantikan pemerintahan baru Presiden terpilih dan Wakil Presiden Prabow Subiant dan Gibran Rakabuming Raka, kredit korporasi dinilai stabil.

Namun, pertumbuhan perusahaan diperkirakan akan melambat dalam 5 tahun ke depan. Hal tersebut dibahas oleh analis dari S&P Global Ratings dan PEFINDO pada seminar tahunan Indonesia Credit Spotlight yang kedua di Jakarta.

CEO Corporate Ratings S&P Global Ratings Xavier Jean menjelaskan bahwa perusahaan akan memasuki perlambatan ini karena pertumbuhan PDB yang stabil tidak lagi menghasilkan banyak pendapatan dan laba tambahan, di tengah kenaikan harga dan tekanan pada pendapatan yang dapat dibelanjakan.

“Biaya pendanaan dalam kondisi ‘Higher for long’ akan berdampak pada profitabilitas bersih di sektor padat modal,” jelas Xavier dalam keterangan resmi yang dikutip, Kamis (16/05/2024).

Ia melihat perusahaan-perusahaan di Indonesia tidak kehilangan minat terhadap belanja perusahaan, meski pertumbuhan penjualan dan laba melambat. Dengan demikian, siklus belanja baru dimulai, terutama di sektor-sektor yang terkena risiko transisi dan deplesi.

Meski demikian, Kepala Pemeringkat PEFINDO Yogie Perdana menilai kondisi kredit korporasi lokal diperkirakan akan tetap stabil meski menghadapi tantangan seperti pelemahan rupiah dan kenaikan suku bunga.

“Kebijakan ekonomi yang lebih jelas setelah penunjukan Prabow sebagai presiden terpilih dan transisi pasca pemilu yang lancar akan menjamin stabilitas makroekonomi dan mendukung kondisi kredit bagi perusahaan lokal,” kata Yogie.

Mengenai tren perbankan, direktur lembaga keuangan S&P Global Ratings Ivan Tan mengatakan bank-bank di Indonesia telah menunjukkan pemulihan yang kuat setelah pandemi dan saat ini menikmati profitabilitas yang baik dengan tetap menjaga rasio permodalan yang sehat.

Namun, masih terdapat permasalahan kualitas aset yang kemungkinan akan menjadi tantangan besar dalam kondisi suku bunga jangka panjang yang lebih tinggi.

Di sisi lain, perusahaan keuangan Indonesia menghadapi tantangan berupa meningkatnya risiko dan tingkat volatilitas makroekonomi, dimana perusahaan-perusahaan tersebut harus menghadapi suku bunga yang lebih tinggi dan prospek pertumbuhan yang lebih rendah.

Namun, Kepala Pengkajian Sektor Keuangan PEFINDO Danan Dito mengatakan pemulihan penjualan unit mobil pascapandemi, keinginan perbankan untuk mendanai industri pembiayaan, dan margin yang relatif tinggi menjadi faktor pendukung yang mendasari kesehatan perusahaan keuangan di Indonesia untuk menjaga kinerja keuangan. kondisi.

[Gambas:Video CNBC]

Artikel lain

Perang Saham Goreng, Prabowo – Gibran Ingin Lakukan

(ay/ayh)


Quoted From Many Source

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *